Catatan Obrolan Pendidikan KBQT #4

Sejak merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia, pemerintah resmi mengumumkan agar anak-anak sekolah mulai ‘belajar di rumah’ didampingi orang tua masing-masing serta dipantau guru secara daring. Dalam praktiknya, ternyata tak sedikit orang tua yang justru kerepotan dengan gaya belajar baru ini.

Lalu bagaimana tips ‘belajar di rumah’ yang efektif? Obrolan Pendidikan KBQT ke-4 ini membincangkan serba-serbi ‘belajar di rumah’ bersama Arif Widianto, salah seorang wali murid KBQT yang sudah mempraktikkan homeschooling selama delapan tahun. Obrolan digelar secara daring bersama para wali murid KBQT di ZOOM pada Kamis, 14 Mei 2020.


Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam ‘belajar di rumah’ (BDR), menurut Arif, adalah bahwa orang tua punya tanggung jawab penuh. Namun bukan berarti orang tua memutuskan segalanya, sebab tugas orang tua sekedar mendampingi saja. Adapun proses belajarnya tetap mengikuti gaya dan kemampuan anak.

Ia mengisahkan awal mula mempraktikkan homeschool (HS) bagi anaknya yang saat itu usai TK. Sampai di masa SMP, selain tetap memakai model HS, ia juga ikut serta berproses di KBQT agar anaknya bisa mendapatkan proses sosialisasi dan berkomunitas. Menurutnya, prinsip penting yang selama ini dianut oleh komunitas belajar maupun HS adalah kefokusan. Yakni bagaimana anak belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya, tanpa dibebani target-target mata pelajaran yang tidak diminati.

Joko, salah satu peserta obrolan yang juga wali murid di KBQT, mengamati ada perbedaan perilaku anak saat belajar tatap muka di sekolah dengan saat belajar model daring ala BDR. Menurutnya, proses belajar tetap membutuhkan pertemuan langsung, tidak melulu didominasi teknologi daring. Meski memang pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran ini akan menjadi keniscayaan. Sebab pascawabah kelak, praktik pendidikan harus bisa lebih efisien lagi.

Zia bertanya, bagaimana memantik kreativitas dan produktivitas anak saat belajar di rumah? Sebab banyak orang tua yang justru pusing melihat anak-anak hanya nge-game seharian tanpa mau belajar. Lalu bagaimana pula jika orang tua harus dominan bekerja di luar rumah dan tak sempat menemani anak belajar di rumah?

Arif menanggapi bahwa jawabannya tergantung pada bagaimana kondisi si anak dan orang tua. Hal paling utama, ujarnya, adalah komunikasi. Jadwal belajar anak bisa diobrolkan saat santai, sehingga muncul kesepakatan atau kontrak belajar antara orang tua dan anak. Jadwal mendampingi anak pun bisa diobrolkan antara si ayah dan ibu.

“Kunci belajar di rumah adalah komunikasi, maka kemapanan komunikasi dalam keluarga menjadi prasyarat utama pendidikan rumahan. Bagaimana bisa melaksanakan pendidikan dengan baik kalau komunikasinya jelek?” ujar Arif.

Hal ini diiyakan oleh Ruly, wali murid KBQT yang lain, bahwa komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam keluarga. Baginya, pendidikan formal maupun HS semestinya berasas pada kemerdekaan memilih bagi anak. Namun orang tua juga tidak boleh abai dalam memantau perkembangan anak. Maka tentu saja komunikasi menjadi alat utama. Meskipun orang tua juga tidak perlu terlalu ‘kepo’ yang bisa membuat anak tak nyaman.

“Orang tua tetap bertanggung jawab dunia akhirat atas anak. Bukan sekolah, bukan guru-gurunya, bukan orang lain siapapun itu,” tegas Ruly.

“Jadi,” sahut Zia, “Momen ‘belajar di rumah’ ini bisa jadi momen hijrah dan pertobatan bagi orang tua yang selama ini memasrahkan penuh pendidikan anaknya kepada guru ataupun sekolah.”

Inti obrolan jelang berbuka puasa tentang ‘belajar di rumah’ ini adalah tanggung jawab orang tua. Dalam hal ini, Alfian menyimpulkan tiga poin pentingnya perhatian orang tua. Yakni;

1. Merekonstruksi kembali peran penting pendidikan keluarga sebagai pilar utama pendidikan, dari konsep hingga penerapan.

2. Membangun ekosistem khas setiap keluarga dengan mempertimbangkan konteks anak, orangtua, dan lingkungan di mana keluarga tersebut tinggal.

3. Bersungguh-sungguh mendampingi proses pertumbuhan dan perkembangan anak, kaitannya dengan keterlibatan langsung orang tua dalam mendukung setiap capaian yang akan dan telah diperoleh anak.

*Catatan ini merupakan reportase Obrolan Pendidikan #4 para pegiat Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah, dengan tema 'Tips Menemani Anak Belajar di Rumah’, melalui aplikasi daring ZOOM, Kamis 14 Mei 2020, pukul 16.00-17.00 WIB. Reportase ini ditulis oleh Zia Ul Haq. Rekaman obrolan bisa disimak di kanal youtube berikut ini;