Oleh: Kaylasari Azzaki*

Sekarang, semuanya serba online. Semua dikerjakan dari rumah. Begitu pula sekolah. Namun, sekolah online tak semata-mata mengurangi pekerjaan sekolah. Yang ada malah tugas menjadi semakin menumpuk.

Sejak mulai pembelajaran online, saya sering mendengar keluhan dari teman-teman saya. Entah sistem belajar online yang tidak efektif sama sekali, tugas-tugas yang menumpuk sebegitu banyaknya, atau guru yang kurang mendampingi dalam pembelajaran. Dan ada satu yang sangat sering saya dengar; "Besok aku mau jadi apa? Bakat tidak punya, sekolah tidak pintar, prestasi pun tak ada."

Sebenarnya, sejak sebelum belajar online, teman-teman saya juga sangat sering berkata seperti itu. Mereka kebingungan dengan diri sendiri; apa yang sebenarnya mereka inginkan, yang mereka suka, bahkan potensi yang mereka miliki.

Sejak dulu, di sekolah-sekolah formal yang pernah saya singgahi, para siswa tidak diberi kesempatan untuk mengenal diri sendiri. Sehari-harinya mereka hanya mendengarkan guru menjelaskan dan mengerjakan tugas. Apalagi di waktu seperti ini, tugas-tugas malah semakin menumpuk. Seolah-olah siswa tidak diberi waktu untuk diri sendiri. Dan hal itu juga menyebabkan masalah yang serius; kebingungan. "Setelah lulus sekolah, apa yang akan kulakukan?"

Di kala pembelajaran online seperti ini, sepertinya lebih bagus jika siswa diberi kesempatan untuk mengenal diri mereka sendiri lebih dalam. Melakukan pengamatan akan hal-hal di sekitar mereka, mencoba menemukan apa yang mereka sukai. Sehingga sekolah tidak hanya untuk nilai angka pelajaran, tapi juga nilai kehidupan. Agar nanti ketika lulus dari sekolah, mereka tidak lagi kesulitan untuk menemukan jalan hidup mereka dan tidak kebingungan untuk menentukan pilihan mereka. Dan tentu saja, dengan seseorang yang mendampingi saat proses pengenalan diri.

Pendampingnya bisa dengan orang tua di rumah. Jika tak tinggal bersama orang tua? Ada teman yang bisa membantu kita mengenali diri kita. Jika tak ada teman? Ada guru yang seharusnya bisa membantu siswanya.

*Penulis adalah siswa Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah, kelas Bonusres setara SMP kelas VIII