Oleh: Alfian Hasan

Sebagai implementasi pendidikan alternatif, KBQT selalu menggunakan nomenklatur sendiri. Apabila dibaca dari kacamata formal, maka akan terdengar aneh. Tiga belas tahun lalu, muncul istilah 'disertasi' untuk menyebut karya yang menandai akhir jenjangnya. Menyusul yang terakhir sejak 3 tahunan lalu disepakati adanya proses 'Tugas Akhir' untuk setiap penghujung semester. Sebagai satu konsep pembelajaran yang sedang dibangun, terkait penyelenggaraan 'Tugas Akhir' ini ada tahapan-tahapan pencapaian yang signifikan, meskipun pelan. Semoga catatan kecil ini bisa merekam itu dengan segala keterbatasannya.

[1] Menguak Yang Lalu

Pada awalnya, baik pendamping ataupun siswa masih sama-sama meraba tujuan dan tata laksana 'Tugas Akhir' dimaksud. Namun itupun samasekali tidak menunda penerapannya. Karena salah satu basis pembelajaran di QT adalah karya, maka sejak awal mula dapat ditangkap gairah teman-teman dalam berproses kreatif di TA. Beberapa catatan yang saya ingat saat itu, terutama mengenai beberapa hal, sebagai berikut:

a. Akar Kreatifitas

Saat itu masih sedikit siswa yang menyadari kecenderungan minatnya. Sehingga yang terjadi ketika ada kesepakatan (yang menjadi tuntutan bersama) membuat satu (atau rangkaian) karya untuk tugas akhir, maka banyak yang masih berkarya untuk sekadar melunasi tuntutan tersebut. Jadi, berkarya bukan dalam bingkai kegiatan yang memang disenangi atau memilihnya hanya karena ada kesamaan minat dan selera dengan temannya. Tapi ini tidak kemudian mengabaikan beberapa anak yang memang sudah berproses dengan kegembiraan.

b. Rekam Proses dan Pendampingan

Kemudian ketika bicara konteks pembelajaran, muncul kesulitan bagi pendamping untuk mengapresiasi karya para siswa ketika prosesnya sama sekali tidak terekam atau menjadi karya yang betul-betul personal. Meskipun pada akhirnya itupun jadi sangat bisa dimaklumi karena memang belum ada kelengkapan instrumen tata laksana TA itu sendiri. Tapi fase ini menjadi titik penting bagi pendamping karena mampu membedah pemikiran berikut evaluasi penyelenggaraan kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. Bahwa, perlu ada kesadaran lebih menyeluruh terkait proses pembelajaran yang terjadi di QT. Selama ini pendamping masih gamang memasuki proses kreatif siswa menengok adanya gagasan tentang kemandirian anak berkarya yang sejak awal menjadi bagian dari kampanye pendidikan kritis di QT. Sejak itu mulai muncul pembahasan-pembahasan di lingkup pendamping terkait proses pendampingan itu sendiri, yang harapanyan tetap tidak mengganggu bahkan mengintervensi kemandirian siswa belajar ketika mereka berkarya.

b. Tindak Lanjut

Catatan lain dari penyelenggaraan TA yang lalu adalah mengenai tindak lanjut berikutnya dari karya dan keseluruhan proses yang telah dilalui. Bahwa dengan dirintisnya kegiatan Tugas Akhir, mulai menguak peta dan metode pembelajaran di QT. Kesadaran yang dijumpai adalah mengenai adanya sebuah sistem yang niscaya dibangun. Sistem dimaksud bukan sesuatu yang kaku, melainkan sebuah cara menerbitkan kesepahaman bersama antar pendamping, antar siswa dan terutama antara siswa dan pendamping. Dalam konteks TA utamanya hal ini merujuk pada sistem pendampingan. Sepertinya tema ini kemudian menjadi pemikiran dan pencarian terus menerus dari para pendamping hingga saat sekarang.

[2] Menyaksikan Yang Kini

Ujian "Tugas Akhir" baru saja usai siang tadi. Sebetulnya kurang tepat menyebut ujian, karena yang terjadi sesungguhnya hanya proses dialog atas pencapaian sebuah karya. Jadi, setelah sebelumnya pendamping secara intensif membantu siswa mengenali jejak dan proyeksi dari karyanya. Secara terperinci, setiap siswa mendapat kesempatan bercerita tentang proses kreatif, kendala, hingga mengkritisi sendiri keseluruhan proses dan hasil karya tersebut. Adapun pendamping hanya membukakan perspektif dan peta jalan karya tersebut secara lebih lanjut. Ada beberapa hal pula yang sempat saya saya catat, sebagai berikut:

a. Dari Proses ke Konsep Karya

Jika pada fase sebelumnya, refleksi lebih banyak ke proses pendampingan, maka kali ini kami (para pendamping) menjumpai temuan progresif dari karya-karya siswa. Proses yang sebelumnya masih sulit terdeteksi, kali ini sudah lebih mapan. Siswa bisa lebih dukomentatif dalam menyajikan proses kreatifnya lewat berbagai metode: videografik, fotografik, ataupun naratif (sketsa ataupun tertulis). Beberapa karya bahkan telah mampu tersaji dalam format siap pakai, bukan sekadar mock-up (bersama Ardan, karya: Sablon&Kaos). Namun masih ada kekuatan lain yang sebetulnya bisa dikembangkan, terkait dengan 'pesan' yang menjadi konsep karya. Mungkin terlalu berat jika menuntut kemunculan aspek 'semiotik' (bersama Mahdum, karya: Poster). Tapi setidaknya dalam diskusi dan pembahasan dengan lima siswa yang saya dampingi, ada kesadaran baru soal perlunya mengakomodasi aspek pesan atau fungsi, jika karya itu sebuah produk kreatif. Berdialog soal kendala, akhirnya membangkitkan pula kesadaran soal nilai solusi sebagai bagian dari tujuan karya (bersama Nabil, karya: String Bag).

b. Antara Intuisi dan Kesadaran

Pencapaian karya-karya Tugas Akhir kali ini, sempat pula mendedah diskusi soal 'kehadiran' diri dalam karya (bersama Alya, karya: Manual Grafik). Ada sisi-sisi 'di balik sebuah proses' yang sempat kami perbincangkan, mengenai pengaruh-pengaruh dan keputusan-keputusan intuitif yang ternyata sangat mewarnai sebuah proses kreatif (bersama Raka, karya: Gambar). Namun secara umum di antara kelima siswa, kami sempat mengajak bertegur-sapa dengan kenyataan-kenyataan di sekeliling hadirnya sebuah karya. Jika karya itu berupa produk seni, maka hal-hal semacam wacana dan kecenderungan penikmat menjadi perhatian yang perlu dilatih. Sedangkan jika karya itu berupa produk kreatif, maka pertimbangan solusi dan daya tembus pasar menjadi keahlian yang perlu diupayakan. Adanya kesadaran-kesadaran itu nampaknya memberi nilai tersendiri dari karya-karya TA kali ini.

[3] Memproyeksikan Yang Kemudian

Secara umum, berkarya adalah proses intim seseorang dalam menggali sebuah gagasan hingga terwujud. Hanya ada sedikit catatan untuk ke depan, soal keselarasan pilihan bidang dan jenis karya yang menjadi bagian dari proses tumbuhnya daya cipta-rasa-karsa seorang anak. Sehingga sebetulnya berproses karya di Tugas Akhir bakal tidak bisa lepas dari proses belajar anak itu sendiri. Jadi tidak bisa dipenggal-penggal menjadi awal dan akhir tersendiri untuk setiap karya TA. Adapun selama ini pasca 'Ujian Tugas Akhir' selalu disusul dengan 'Gelar Karya Tugas Akhir'. Maka berikutnya yang niscaya menjadi perhatian pendamping adalah mengamati dan mendampingi pilihan jalan dan proses dari setiap karya TA, karya-karya lain ataupun kesinambungan antar semuanya dari proses setiap anak. Jadi, kegiatan ini meskipun judulnya 'Ujian Tugas Akhir', tapi sebetulnya yang diuji justru bagaimana proses pendampingan telah dan akan berjalan dalam praktik pendidikan alternatif semacam Komunitas Belajar Qaryah Thayibah. Maka mari terus berefleksi demi perbaikan langkah ke depannya.

Kalibening, 16 Januari 2019
*Penulis adalah pendamping belajar di KBQT