Oleh: Nabil Fadila

Tanggal 20-26 September, anak-anak Kelas Literasi KBQT mewawancarai lurah Kalibening untuk mengetahui seluk beluk kelurahan ini. Kami juga mewawancarai beberapa warga Kalibening untuk menampung kritik dan saran bagi kelurahannya. Ridho bertugas mendokumentasikan gambar, sedangkan Alfay, Fahima,Sofia, dan saya bertugas mewawancarai.

Kami mewawancarai beberapa warga, yakni Pak Atik, Pak Aziz, Mas Badrus, dan Mbah Laminah. Beberapa aspirasi dari warga misalnya terkait sosialisasi program kelurahan yang masih kurang, kinerja pegawai kelurahan yang kurang optimal, hingga pembenahan irigasi yang saat ini masih susah. Aspirasi ini kami sampaikan kepada Pak Lurah.


Hari Kamis, 26 September 2019 pukul 09.00, kami berangkat menuju Kelurahan didampingi Mbak Dewi. Sebelumnya kami telah membuat janji dengan Pak Setyo Utomo, lurah Kalibening yang baru. Pertanyaan-pertanyaan beliau jawab dengan rinci dan sangat membantu kami mengetahui informasi yang jarang diketahui orang kebanyakan. Kami juga menyampaikan aspirasi warga yang sebelumnya telah kami wawancarai.

Perlu diketahui bahwa nama Kalibening bukan diambil dari sungainya yang bening. Sejarahnya adalah ketika seorang keturunan Cina bernama Lie Beng Ing membuka lahan di daerah tersebut. Karena lidah pribumi, nama Lie Beng Ing berubah menjadi ‘Kalibening’ dan menjadi nama kelurahan hingga sekarang. Kalibening sendiri dulunya bukanlah kelurahan, melainkan desa yang masuk Kabupaten Semarang. Karena ada sistem pemerintah yang mengharuskan daerah jangkauan pemerintah kota untuk menjadi bagiannya, maka Kalibening berubah menjadi kelurahan. Imbas baiknya, akses pendidikan jadi lebih mudah, infrastruktur lebih lancar dan irigasi tercukupi dan sangat menguntungkan bagi para petani.

Kalibening memiliki wilayah seluas 9.118 kilometer persegi, terbagi atas 3 wilayah administrasi, RW 1 dan RW 2 di Kalibening dan RW 3 di Tegalsari. Perbatasan Kalibening bagian utara berdampingan dengan Kelurahan Sidorejo Kidul, bagian barat dengan Kelurahan Ledok, bagian selatan dan Timur dengan Tingkir Lor. Ada kurang lebih 2.300 jiwa di Kalibening, terbagi menjadi 700 kepala keluarga yang mayoritas (99.24%) muslim. Warga Kalibening sendiri rata-rata berprofesi sebagai karyawan swasta (261), wiraswasta (213), buruh harian lepas (194), petani (89), pedagang (48), PNS (44), buruh tani (34), perniagaan (29), penjahit (24), guru (24), dosen (5), PMI (5), dan kepolisian (4).

Tahun ini, Kelurahan Kalibening memiliki beberapa program yang sebagian sudah terlaksana dan sebagian lagi masih dalam tahap pelaksanaan. Di antaranya, Program Pembinaan PKK dan Tunawisma, Rutinan Posyandu, dan beberapa pembangunan. Seperti merapikan jalan di Tegalsari berdasarkan Musrenbang (Musyawarah Rencana Pembangunan) yang memang tidak bisa diakomodasi oleh dinas. Terkait pembangunan tersebut Kelurahan Kalibening mendapatkan alokasi dana sebesar 325 juta rupiah untuk merealisasikan usulan maayarakat dalam Musrenbang.

Terkait aspirasi warga mengenai pembenahan irigasi, Pak Lurah menerangkan bahwa untuk saat ini irigasi memang agak terganggu karena faktor musim. Juga ada masalah pada bagian pemecah air di Tingkir Lor yang sedang diperbaiki. Jadi kalau siang hari alirannya ditutup dulu karena masih diperbaiki, dan baru dibuka pada malam hari, hal itu memang telah sesuai penjadwalan. [Elalang]