Poin-poin Catatan Diskusi QiTha 11/12/2020 – edisi bincang dengan Penemu Gula Antidiabetes; Joko Budi Wiryono



1. “Memaksakan anak-anak berangkat sekolah dengan pembatasan sedemikian rupa justru bisa mencederai semangat pendidikan. Di kala anak-anak harus dibatasi geraknya, berdiam di ruangan, tidak boleh berbaur dengan teman-temannya. Malah lebih baik anak dimerdekakan belajar di rumah saja. Salah satu agenda belajar di rumah adalah pemanfaatan pekarangan di lingkungan sekitar, misalnya bisa dengan membudidaya tanaman tebu yang ternyata mengandung manfaat luar biasa hebat. Sebagaimana ditemukan oleh Pak Joko Budi Wiryono dengan gula tebu cair rendah glikemiknya.” (Ahmad Bahruddin) 2. Joko Wiryono memulai penelitiannya sebab keresahan atas fakta bahwa bumi Nusantara pernah jadi eksportir gula terbesar, tapi kini menjadi importir gula terbesar di dunia. Kemudian memulai penelitian mandiri selama puluhan tahun hingga menemukan kesimpulan bahwa gula kristal yang dikonsumsi di Indonesia adalah murni senyawa diabetik, yang menjadi kambing hitam sebagai penyebab penyakit diabetes dan turunannya. Di dalam tebu terkandung tiga jenis gula, yaitu sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Adapun produk gula kristal hanya mengandung sukrosa saja. 3. Berbeda dengan gula kristal, gula rendah glikemik (LGI; low glycemic index) ini mengandung semua unsur gula (sukrosa, glukosa, fruktosa) sebagaimana tebu asli. Sehingga tidak hanya antidiabetes, tapi juga bisa menurunkan kadar gula darah. 4. Gula tebu berbeda dengan gula jagung atau gula daun stevia. Sebab pada hakekatnya, yang disebut ‘gula jagung’ dan ‘gula daun stevia’ bukanlah kategori gula, melainkan hanya pemanis. ‘Gula’ merupakan sumber energi dan rasa manis, sedangkan ‘pemanis’ hanya mengandung rasa manis dengan sangat sedikit kadar sumber energi. 5. Dulu banyak kematian karena kekurangan makanan, kini justru banyak kematian karena berlebihan makanan. Kategori berlebihan makanan bisa sebab; a) Agen nutrisi di dalam makanan berlebih, b) Gaya hidup yang tidak seimbang antara asupan dan aktivitas yang dilakukan, c) Kurangnya antioksidan semisal dari buah, sayur, dan lainnya. 6. Inti penyebab penyakit degeneratif pada manusia adalah merebaknya radikal bebas di dalam tubuh dalam proses metabolisme, yang menyebabkan sel-sel kekurangan elektron. Sedangkan inti penyembuhannya adalah dengan memperkaya antioksidan sebagai donatur elektron. 7. Latar belakang Joko Wiryono adalah teknik mesin, kemudian bekerja di pabrik kertas. Namun semangat untuk menjadi solusi sukses bagi masalah di tengah masyarakat membawanya ke dunia gula dan menjadi ahli di bidang tersebut. 8. “Orang sukses pasti punya tujuan yang pasti, dan tujuan itu adalah tekad untuk menyelesaikan masalah besar. Saya melihat permasalahan gula ini masalah besar bangsa, maka saya coba mulai dari awal mempelajarinya, menelitinya, hingga menemukan solusinya. Dalam bidang ini, bisa dibilang sayalah yang pertama. Maka sebodoh-bodohnya saya, tetap saya yang paling pintar dalam ranah ini. Intinya adalah tentang memanfaatkan karunia Tuhan berupa akal untuk berpikir. Orang yang tidak mau memanfaatkan akalnya, berarti dia sudah kehilangan hampir semua anugerah Tuhan kepadanya.” (Joko Wiryono) 9. “Setiap penyakit ada obatnya. Bahkan di dalam hal yang dianggap berracun juga terkandung penawarnya. Contohnya adalah dalam penemuan gula cair rendah glikemik dari Pak Joko ini. Di dalam bahan pangan yang selama ini dianggap sebagai sumber penyakit justru mengandung penawarnya. Hal ini bisa ditemukan sebab kegigihan dan keuletan Pak Joko dalam meneliti dan belajar. Dari beliau bisa kita petik hikmah bahwa kita bisa jadi ahli dalam hal apapun asal mau tekun belajar.” (Hasan Aoni) Rekaman diskusi bersama Joko Wiryono selengkapnya akan segera diunggah di Youtube Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah