Oleh: Abyz Wigati (Wali Murid) 

Kami sepakat mengizinkan ananda Dzikri mengikuti program pembelajaran di KBQT.  Awalnya bukan karena yakin bahwa di komunitas ini proses belajarnya pasti baik, tapi lebih pada merasa harus yakin dan percaya terhadap pilihan anak, karena anak yang akan menjalani, anak juga yang akan merasakan manfaat maupun risiko yang harus ditanggung sebagai konsekwensi untuk bertanggungjawab atas pilihannya.  Jadilah kami melepas ananda dan antusias mengikuti info-info kegiatan dan perkembangan prosesnya yang selalu di posting di media sosial.

Bu Abyz Wigati (paling kiri) bersama putranya dalam Pameran Karya


Proses komunikasi dengan pendamping belajar dan ananda rutin kami lakukan meskipun jarak jauh, kami tinggal di Malang.

Di KBQT, peluang untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran sangat besar, setiap anak memang punya kebebasan penuh untuk memilih dan menentukan apa yang ingin dan perlu dipelajari, ini sesuai dengan standart nilai yang kami berlakukan dalam keluarga, bahwa setiap kita boleh belajar apa saja, di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja, bahwa setiap kejadian dan perbuatan kita sehari-hari pada dasarnya adalah proses belajar, karenanya ananda Dzikri meski jauh dari orangtua tak banyak mengalami kesulitan ubtuk beradaptasi dengan ‘sistem’ merdeka belajar yg diterapkan di KBQT. 

Sesuai dengan minat belajar dan passion yang ingin ditekuninya, ananda memilih bergabung dengan forum komik (menggambar) dan forum bahasa inggris.  

Jujur saja, ananda sering juga menyampaikan pada kami bahwa tantangan yang terberat dalam menjalani proses belajar di KBQT adalah rasa MALAS, mengapa? Karena kebebasan berproses belajar berkonsekwensi pada tidak adanya pemaksaan dan tekanan untuk segera menyelesaikan target belajar yang telah dibuatnya, hal ini  membuatnya terlena mengabaikan target yang telah ditetapkannya sendiri.  Berbeda dengan di sekolah formal yang punya segambreng aturan mengikat yang akan memaksa anak untuk harus menyelesaikan target belajar. Selain ‘malas’ kecerobohan penggunaan keuangan juga pernah terjadi.

Nah, ini menjadi pembelajaran menarik bagi kami (orangtua dan ananda sendiri), tetap focus pada proses terbaik adalah prinsip yang kami pegang teguh dalam mengasuh dan mendidik anak, karenanya kami juga tidak banyak mengintervensi proses belajar yang dijalani ananda, kesalahan demi kesalahan yang ananda lakukan dan risiko-risiko sebagai dampak dari perilaku salahnya termasuk rasa malas yang dialami, tidak kami anggap sebagai ‘pengganggu’proses belajar, namun kami tetap komunikasikan agar kejadian tersebut bisa menjadi bahan dalam proses belajar yang dijalani.  

Bagi yang belum terbiasa tentu sulit memahami bagaimana bisa orangtua tidak gelisah dan tidak menegur kesalahan-kesalahan yang dilakukan anak, biasanya kami cukup menanyakan, “Lalu bagaimana kamu mengatasinya?” atau “Menurutmu apa yang cocok untuk dilakukan?” atau”Kira-kira orangtuamu pasnya mesti bagaimana?”  Jadi kami tidak menerapkan hukuman atas setiap kesalahan anak tetapi lebih melakukan proses diskusi untuk saling memahami di mana letak errornya dan bagaimana upaya yang bisa dilakukan orangtua dan ananda sendiri untuk mengatasi agar menjadi lebih baik.  Proses ini membuahkan tumbuhnya tanggungjawab dan kemandirian yang terus berkembang dengan baik.  Kok bisa?  Karena sistem merdeka belajar, pendamping belajar dan pengelola KBQT lainnya termasuk Bapak asuh bersama-sama dengan kami selaku orangtua bisa saling bersinergi satu sama lain.  Kami saling mengomunikasikan setiap hal yang dirasa perlu  dan memperlakukan anak secara sama sesuai yang kami pahami sebagai perlakuan terbaik pada anak.

Jadi selama 3 tahun, tak hanya ananda yang mengikuti proses belajar di KBQT, kami orangtuanya pun turut serta terlibat dalam prosesnya melalui forum sharing maupun dalam proses komunikasi personal.  Keaktifan terlibat membuat kami lebih banyak paham tentang berbagai hal terkait kebutuhan belajar anak dan kebutuhan pengembangan dirinya.  Keterbukaan pihak KBQT dalam menerima masukan dari para orangtua menjadi keseruan tersendiri karena itu berarti sistem dalam proses belajar di KBQT bisa sangat cair dan mudah berubah sesuai kondisi dan kebutuhan yang cepat sekali  harus ‘up to date’

Hal lain yang juga kami rasakan sebagai bentuk pembelajaran adalah ketika bisa mengenal para orangtua anak-anak yang lain juga gaya-gaya teman ananda yang beragam dalam mengaktualisasikan potensi dirinya.  Pastinya tak ada yang sama dengan kami, namun di KBQT tak ada yang paling benar dan tak ada yang salah.  Semua dilebur jadi sebuah proses untuk mencapai kebaikan.  

Meskipun kami termasuk orangtua yang ‘cerewet’ banyak komentar, masukan, kritik, saran dan sebagainya terutama kepada pendamping belajar ananda, namun pastinya tiga tahun belajar bersama di KBQT menjadikan kami semua merasa lebih mantap dalam berproses menghadapi hidup.  

Terima kasih semuanya…….

(emak-bapak’e Dzikri)