HIJRAH PENDIDIKAN
Oleh: Ahmad Bahruddin

Di era “Society 5.0” ini nanti, cepat atau lambat semua orang akan menikmati, berkelimpahan dan berkecukupan di semua aspek kehidupan, baik pangan, sandang, papan dan semua fasilitas kehidupan.

Semua orang akan menikmati melimpahnya ketersediaan makanan yg lebih aman dan sehat. Akan melimpah daging “sintetis” yang sehat dan halal, seratus persen terbuat dari tetumbuhan tanpa lemak jenuh dengan berbagai 𝘵𝘢𝘴𝘵𝘦 termasuk 𝘵𝘢𝘴𝘵𝘦 "babi", ha ha ha.

Akan melimpah ketersediaan susu, madu  “sintetis” juga tanpa susah-susah ternak 𝘮𝘪𝘭𝘬𝘪𝘯𝘨 𝘤𝘰𝘸 dan lebah, dan sehat, pula. Butuh beli/jual produk pertanian tinggal pencet hape, 𝘥𝘳𝘰𝘯𝘦 akan datang di halaman rumah. Butuh mobil super mewah juga tinggal pencet tombol, akan datang mobil mewah dengan 𝘢𝘶𝘵𝘰 𝘥𝘳𝘪𝘷𝘦𝘳 dan murah pula.

Sebagaimana digambarkan di film "Demolition Man" yang dibintangi Sylverster Stallone, semua akan "berakhlakul karimah" karena begitu mengumpat saja, akan langsung divonis dengan mengurangi saldo di akun “talk dirty”-nya, dan seterusnya. 

Lebih-lebih bagi anak-anak Gen Alpha yang lahir di tahun 2010 ke atas. Sangat dimungkinkan akan mengalami situasi dimana semua otak manusia terhubung langsung dengan internet (𝘣𝘳𝘢𝘪𝘯 𝘤𝘰𝘮𝘱𝘶𝘵𝘦𝘳 𝘪𝘯𝘵𝘦𝘳𝘧𝘢𝘤𝘦). Akses manusia pada informasi pengetahuan dan teknologi sudah 𝘶𝘯𝘭𝘪𝘮𝘪𝘵𝘦𝘥. 

Nah, layanan yang diberikan "orang tua" dari generasi Millennial ke bawah harus berbeda cara dengan layanan yang "orang tua" terima. Bahkan sudah tersampaikan oleh Umar bin Khattab ra. dengan 𝘮𝘢𝘲𝘢𝘭𝘢𝘩-nya yang sangat populer itu, yakni;

"𝘈𝘥𝘥𝘪𝘣𝘶𝘶 𝘢𝘶𝘭𝘢𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶𝘮 𝘣𝘪𝘨𝘩𝘢𝘪𝘳𝘪 𝘵𝘢𝘳𝘣𝘪𝘺𝘺𝘢𝘵𝘪𝘬𝘶𝘮, 𝘧𝘢𝘪𝘯𝘯𝘢𝘩𝘶𝘮 𝘬𝘩𝘶𝘭𝘪𝘲𝘶𝘶 𝘭𝘪 𝘻𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯𝘪𝘯 𝘨𝘩𝘢𝘪𝘳𝘢 𝘻𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯𝘪𝘬𝘶𝘮" (Didiklah anak-anakmu dengan pola pendidikan yang berbeda dengan pola pendidikan yang kalian terima, karena sesungguhnya mereka itu dilahirkan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu).

Harus segera hijrah dari paradigma lama 𝘪𝘯𝘴𝘵𝘳𝘶𝘤𝘵𝘪𝘷𝘦 ke 𝘧𝘢𝘤𝘪𝘭𝘪𝘵𝘢𝘵𝘪𝘷𝘦, dari 𝘵𝘦𝘢𝘤𝘩𝘦𝘳 𝘤𝘦𝘯𝘵𝘦𝘳𝘦𝘥 ke 𝘭𝘦𝘢𝘳𝘯𝘦𝘳 𝘤𝘦𝘯𝘵𝘦𝘳𝘦𝘥. Biasakan pada anak cara berfikir komputasional, cara berfikir algoritmis menyelesaikan problem kehidupan dengan cara yang paling afektif efisien.

Para guru yang nota bene "Orang tua" ini harus selalu menyemangati anak menjadi pembelajar yang tangguh dengan 𝘯𝘨𝘢𝘳𝘰𝘩𝘬𝘦 dan bukan 𝘮𝘢𝘪𝘥𝘰 dan menjaga tetap sehat dan bahagia dengan memastikan kecukupan gizi nutrisi serta ciptakan suasana dan situasi yang menantang dan menyenangkan.

Yakinlah kita semua, bahwa tidak ada sesuatupun yang sulit, kesemuanya akan selalu disertai dengan kemudahan, semua orang (dimanapun berada) akan memiliki peluang dan kesempatan besar untuk berkreasi dan berinovasi sehingga bisa memberikan sumbangsih pada peningkatan kualitas kehidupan.

Di situasi seperti inilah, orang boleh klaim sebagai pribadi yang memberi manfaat (dan bukan sekedar penikmat/penerima manfaat) pada sesama dan semua, dan memang, beginilah sikap dan semangat yang seharusnya tertanam pada diri semua 𝘪𝘯𝘴𝘢𝘯 𝘢𝘩𝘴𝘢𝘯𝘶 𝘵𝘢𝘲𝘸𝘪𝘮.

Terus kobarkan semangat untuk selalu menjadi manusia yang bermanfaat, 𝘞𝘢𝘴𝘣𝘢𝘩 𝘧𝘪𝘪 𝘣𝘶𝘩𝘶𝘶𝘳𝘪𝘭 𝘧𝘢𝘸𝘢𝘢𝘪𝘥.

Hanya karena 𝐬𝐚𝐲𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐦𝐚𝐧𝐟𝐚𝐚𝐭, 𝐦𝐚𝐤𝐚 𝐬𝐚𝐲𝐚 𝐚𝐝𝐚!

Wassalam.




*Disampaikan dalam bincang pendidikan bersama para guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga di Sekretariat SPPQT, Senin 27 Juni 2022.