Oleh: Yasser Asyraf Ahmada

Saya sangat senang sekali mengikuti kegiatan bersama Komunitas Sobat Muda, bersama teman-teman lintas iman di Dusun Nalen, Watuagung, Tuntang, pada tanggal 2-4 Desember 2022. Saya bisa mengetahui berbagai perspektif agama dalam menanggapi permasalahan lingkungan, cara bermasyarakat, berserah diri kepada Tuhan, dan lain-lain. 

Hari pertama perkenalan dan berbagi pengalaman pribadi mengenai pahit manis dalam beragama. Lalu diskusi mengenai krisis lingkungan dari perspektif tiga agama yang menyimpulkan bahwa perubahan alam di dunia ini disebabkan oleh keserakahan manusia. Alam ini merupakan titipan dari Tuhan yang harus dikembalikan dengan tanggung jawab. Salah satu bakti kita kepada agama dan Tuhan adalah menjaga lingkungan sebagaimana mestinya.

Hari kedua kami kerja bakti membersihkan tempat-tempat ibadah yang ada di Dusun Nalen. Senang rasanya bisa kerja bakti tak hanya dengan teman-teman Sobat Muda, tapi juga bersama masyarakat lokal. Srawung, canda tawa, dan sejuknya udara di Dusun Nalen begitu nyawiji ketika istirahat selepas kerja bakti.

Siangnya kami belajar bersama dan mengenal agama Islam di masjid setempat. Setelah belajar bersama di masjid, kami melanjutkan kegiatan mengenal ekonomi sirkular bersama Mbak Ambar dan Mas Kris. Tak hanya mengenal ekosistem lingkungan, kami juga belajar mana sumber daya yang bisa diperbaharui dan mana sumber daya yang tak dapat diperbarui. Sehingga kami lebih tahu dan bijaksana dalam menggunakan sumber daya yang ada.

Malamnya, kami belajar mengenal agama Buddha yang bertempat di vihara setempat. Perspektif pembelajaran yang saya ambil dari agama Buddha adalah: “Jangan melakukan hal-hal yang merugikan makhluk hidup lainnya. Apapun yang kita perbuat akan mendapatkan balasannya.”

Hari ketiga kami belajar mengenal agama Kristen yang bertempat di gereja setempat. Sebagian kawan-kawan Sobat Muda yang non-Kristen ada yang duduk di dalam menyimak khusyuknya ibadah umat Kristen dan ada yang berjaga di luar. Yang saya petik dari umat Kristen adalah: “Membangun bangsa dari desa. Membangun desa dari keluarga. Membangun keluarga dari hati.”

Kesimpulan saya mengenai kegiatan selama tiga hari di Dusun Nalen: salah satu bentuk toleransi sederhana adalah menerapkannya di lingkungan sekitar. Baik terhadap keluarga, masyarakat, alam, dan keyakinan. Membiarkan segala sesuatu terjadi sebagaimana mestinya. Alam ini merupakan titipan dari Tuhan yang harus dikembalikan denga tanggung jawab. Apa yang sudah diambil dari alam harus kembali lagi ke alam. Salah satu bentuk sederhana penghambaan kita terhadap Tuhan adalah menjaga apa yang sudah dititipkan, yaitu alam.


Matursuwun Sobat Muda,

Matursuwun Dusun Nalen,

Matursuwun Nyawijinipun.


Mada

Perwakilan dari Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah


Tambahan refleksi dari Nazla Nurida Ananda Saidi (warga KBQT peserta live in Sobat Muda):

Pengalaman kali ini menurutku sangat luar biasa. Baru pertama kali aku bertemu dan berkegiatan bareng dengan teman-teman yang non-muslim. Saat ikut live in ini aku mendapat banyak ilmu dari teman-teman di sini. Mulai saat mereka menceritakan pengalaman pahit manis dalam berinteraksi dengan umat yang berbeda keyakinan, di mana saat itu saya terkejut karena tidak ada seorang pun yang mehakimi atau membenci orang tersebut.

Hari kedua kami semua dibagi menjadi tiga kelompok dan mendapat tugas untuk membersihkan tempat ibadah. Untuk pertama kalinya aku ikut membersihkan tempat ibadah agama Budha. Setelah itu malamnya kulihat bagaimana mereka melaksanakan ritual ibadah, sungguh pengalaman yang luar biasa. Tak hanya itu, kami juga belajar tentang lingkungan, contoh harga rosok, jenis-jenis sampah yang bisa dan tidak bisa didaur ulang, dan lain-lain. Pemateri nya menjelaskan dengan jelas dan mudah dipahami, permainan dan ice breaking-nya juga seru. Pengalaman yang berkesan!