Oleh: Sania Darunnada (Warga Belajar)

Saya Sania, tamat SMP di KBQT, lalu memutuskan untuk lanjut ke jenjang SMK di jalur formal. Saya merasa KBQT memiliki lingkungan yang sangat friendly. Bukan hanya antarsiswa KBQT saja, namun juga para warga sekitar dan tetangga. Kami masih terhubung, seperti saat sholat di musholla, kami bertemu para warga. Saat meminta izin untuk mengadakan gelar karya pada malam hari, kami juga berkomunikasi dengan warga.

Saat ini salah satu tempat belajar KBQT berupa satu bangunan berlantai empat, namun bangunan ini sama sekali tidak membatasi proses belajar. Pembelajaran di KBQT tidak berpaku pada ruangan, papan tulis, bangku, meja, dan baris-berbaris. KBQT membiasakan formasi melingkar, supaya berkesan lebih santai, terbuka, dan efektif untuk berdiskusi. Diskusi biasa kami lakukan dimanapun kani mau. Halaman? Oke. Lantai empat? Siap. Taman Tingkir? Beres. Ruang belajar kami adalah sejauh apa yang bisa kami jangkau.

Dengan adanya kebiasaan untuk berdiskusi dan melingkar, anak-anak KBQT lebih percaya diri untuk menyuarakan pendapatnya. Walaupun awalnya masih malu dan ragu untuk angkat suara, namun karena terbiasa dan melihat contoh dari senior maka terbitlah semangat; aku juga siap didengar!

Sania (kanan) dan Fahima dalam Pameran Karya 2018


Anak-anak KBQT memiliki latar belakang dan tentu saja pemikiran yang berbeda. Maka selain berlatih bersuara, kami juga berlatih untuk mendengarkan dan menghargai melalui kegiatan tawashi ataupun diskusi-diskusi seru lainnya. Mendengarkan tidak kalah penting dari bersuara. Karena saat kita didengarkan oleh orang lain, akan muncul rasa senang sebab dihargai. Maka kita juga harus berpikir bahwa orang lain pun ingin didengar dan dihargai. Kita perlu sadar diri dan kembali menyeimbangkan kedua hal yang saling berkaitan ini, yakni mendengar dan berbicara.

Kami juga sering berdiskusi yang tanpa disengaja berujung debat, tentu saja dalam nuansa yang positif. Hal ini memperluas pemikiran kita yang sempit, kemudian semakin meluas dan meluas berkat masukan-masukan dan pendapat dari orang lain. Mulai membuka sudut pandang baru terhadap hal yang diperdebatkan. Tentu saja ini sangat menyenangkan bagi kami. Selain keseruan dalam berdiskusi, kami juga menemukan pendapat baru yang semakin membuat kami penasaran dan bertanya-tanya terhadap suatu objek yang kami bahas. Dan akhirnya, akan kami pecahkan bersama-sama.

Di KBQT tidak ada sebutan guru. Kami hanya punya pendamping, teman, mas, mbak, pak, dan bu. Tapi bukan berarti tidak ada yang mengajarkan kami hal baru layaknya guru. Kami diajari dan mengajari satu sama lain. Tidak ada gengsi untuk saling mengingatkan karena itu sebuah kewajiban, baik dari yang muda kepada yang tua, atau sebaliknya. Karena di kami semua sama-sama sedang belajar.